Select Page

Antara Mitos dan Fakta Tentang Astrologi

Hampir setiap kebudayaan kuno di dunia menemukan astrologi. Semua ini telah dimulai sejak ribuan tahun yang lalu saat leluhur kita menatap langit malam, dan mereka melihat ladang cahaya.

Mereka tidak tahu apa itu, tetapi mereka tahu ada sesuatu yang luar biasa. Pergerakannya bisa diprediksi dan efeknya pun jelas, seperti pergantian musim, air pasang, panen, dan lain-lain.

Sampai saat ini kita masih menyukai astrologi. Meski kita tahu hal itu tidak ilmiah, lalu mengapa begitu banyak orang lintas budaya masih mencari jawaban pada bintang-bintang?

Banyak orang percaya bahwa posisi planet-planet dan konstelasi mempengaruhi kehidupan. Meskipun kita telah belajar banyak tentang alam semesta, tetapi pengetahuan ini masih baru awalnya saja.

Gagasan tentang 12 zodiak ini sudah ada sejak kebudayaan Babilonia kuno. Mereka menyadari ada 12 bulan baru selama Mereka membagi jalur matahari menjadi 12, dan menandainya dengan konstelasi.

Mereka memetakan konstelasi bintang-bintang dengan simbol seperti banteng atau kalajengking, dengan demikian mereka bisa melacaknya dari tahun ke tahun. Begitulah bagaimana zodiak ditemukan.

Zodiak adalah konstelasi tempat matahari dan planet-planet berada saat kita lahir. Kemudian oleh para astrolog hal itu dipetakan lagi, dan disebut sebagai diagram kelahiran atau Birth Chart.

Birth Chart bisa dikatakan sebagai foto langit atau angkasa saat kita lahir. Disana ada posisi matahari, bulan, planet-planet, dan waktu. Dimana letak matahari saat kita lahir? Sedang terbit atau tenggelam?

Diagram ini dibagi menjadi 12 bagian untuk area berbeda dalam kehidupan kita. Itu termasuk posisi planet dan sudut diantara mereka.

Astronomi memetakan bintang-bintang dan planet-planet, sedangkan astrologi menginterpretasikan pengaruhnya kepada kita. Sudah menjadi pembahasan umum ketika kedua studi ini dipadukan.

Pada awalnya seorang ahli astronomi-lah yang menyebarkan versi astrologi ini ke seluruh dunia. Bukan seorang ahli astronomi biasa atau sembarangan, orang tersebut adalah Claudius Ptolemy.

Pada abad kedua Mesir, dia menulis salah satu buku astronomi yang terpenting dalam sejarah. Buku pertama yang memetakan kecepatan dan rotasi planet-planet secara akurat. Cara itu digunakan untuk menghitung kalender salama 1500 tahun ke depan. Buku itu dibuat dengan indah dan sangat akurat.

Claudius Ptolemy juga menulis salah satu buku astrologi paling berpengaruh, berjudul Tetrabiblos. Claudius Plotemy tidak membagi dunia menjadi sains dan non sains, tetapi menjadi dunia Ptolemy dimana dunia tempat astrologi yang masuk akal.

Tetrabiblos menyebarkan Astrologi Yunani ke Timur Tengah dan India. Salah satu tempat yang tidak dijangkaunya adalah Tiongkok, karena mereka telah memiliki sistem zodiak sendiri yang berdasarkan dari tahun kelahiran, dan sistem itu juga telah berusia ribuan tahun.

Pada abad ke 16, bangsawan Eropa mulai mempekerjakan astrolog untuk meramal. Shakespeare pun juga mereferensikan astrologi hampir di setiap kisah tragisnya. Pada saat itu, bisa dikatakan bahwa gagasan mulai merevolusi dunia, dan tempat astrologi ada di dalamnya.

Dalam sejarah, manusia berasumsi bahwa bumi adalah pusat dari alam semesta. Baru kemudian ada ilmuwan seperti Galileo Galilei yang membantu menentukan, bahwa bumilah yang mengelilingi matahari. Hal itu membuat gagasan astrologi bahwa semuanya terkait dengan manusia menjadi terganggu. Meski demikian, astrologi sebagai studi yang sah tidak lenyap dalam semalam.

Hadirlah sebuah pukulan telak, yaitu Metode Ilmiah. Pada saat itu ada banyak penemuan sains radikal, seperti Isaac Newton menemukan hukum grativasi dan spektrum cahaya, Hans Lippershey menemukan teleskop.

Dari sana kita mulai mengembangkan sistem untuk menentukan apa yang benar dan salah, dengan membuat hipotesis, mengujinya, dan mencoba mereplika hasilnya. Jika sesuatu tidak diuji secara ilmiah, maka itu bukanlah sains.

Mempelajari planet dan bintang lulus dari tes ilmiah tersebut, namun sayangnya tidak dengan cara memprediksi peristiwa di dunia. Hal itu akhirnya membuat astrologi dan astronomi terpisah untuk selamanya.

Pada tahun 1930, surat kabar London menerbitkan sebuah kolom astrologi yang diisi oleh R.H. Naylor untuk menandai kelahiran putri Margaret. Dia menulis bahwa sang putri tidak akan menyukai pengekangan, yang tidak lama kemudian hal ini dilaporkan benar.

Dia juga memprediksi saat si putri berusia 7 tahun akan ada peristiwa yang sangat penting bagi keluarga kerajaan. Luar biasanya, tepat sebelum Margaret berulang tahun yang ketujuh, pamannya menyerahkan takhta ke ayahnya, dan menjadikan kakaknya sebagai calon ratu berikutnya. Dia adalah Ratu Elizabeth.

Setelah prediksi luar biasa itu, koran London memberi Naylor kolom reguler. Bukannya menulis tentang keluarga kerajaan dan peristiwa dunia, Naylor justru menulis horoskop untuk pembaca biasa berdasarkan dari zodiak mereka. Yang pada akhirnya gagasan itu juga diminati oleh surat kabar lain.

Pada saat ini zodiak kita bisa dikatakan sudah tidak akurat lagi. Lebih dari 2000 tahun yang lalu sejak zodiak diciptakan, posisi Bumi saat ini bisa dikatakan telah miring, dan zodiak kita pun bergeser. Jadi teknisnya saat ini ada zodiak ke-13 bernama Ophiuchus, yang dihitung mulai tanggal 29 November – 17 Desember.

Mungkin astrologi modern tidak cocok dengan definisi sains modern, tetapi itu bukan berarti tidak bernilai bagi kehidupan orang. Sebuah studi menunjukkan bahwa hal itu benar adanya. Orang yang merasa tidak punya kendali atas hidup lebih tertarik dengan astrologi, dan lebih melihat diri mereka dalam horoskop.

Pandangan positif dari membaca horoskop bisa membuat kita tampil lebih baik pada uji kognitif dan kreativitas. Hal itu karena sesuatu tidak perlu nyata untuk memberi dampak, atau biasa disebut juga dengan efek plasebo. Bahwa percaya pada sesuatu sudah cukup, dan itu dapat dibuktikan dengan sains.

Beberapa uji plasebo menunjukkan bahwa saat pasien tahu mereka minum obat palsu bukannya obat sungguhan, ternyata obat tersebut masih dapat berfungsi untuk menyembuhkan. Sama halnya dengan orang percaya pada horoskop karena efek dari psikologi lain.

Alasan orang begitu mudah melihat diri sendiri dalam horoskop, adalah karena orang itu ingin melihat dirinya sendiri di dalamnya. Orang itu menjadi semacam kaki tangan dalam proyek mencocokkan diri mereka ke dalam horoskop. Ini disebut dengan efek Barnum, yang dinamakan sesuai dengan penampil sirkus ternama P.T. Barnum.

Berdasarkan studi pada 1949 kepada 34 mahasiswa yang diberikan profil kepribadian, dan diberitahu pemilihan didasarkan oleh uji psikologis. Tetapi sebenarnya semua profil sama dan menjelaskan ciri-ciri secara umum. Dari tes tersebut ternyata hanya ada 1 mahasiswa yang tidak setuju dengan bagaimana ciri-ciri tersebut menjelaskan mereka.

Efek barnum pada intinya menunjukkan bahwa semua orang melihat diri mereka berdasarkan dari horoskop yang mereka dapatkan. Penggambaran horoskop ini cenderung ambigu, dan kurang lebih positif. Seperti menasehati Aquarius bahwa memendam emosi negatif akan menghalangi intuisinya, atau Taurus tidak seharusnya memusingkan hal detail karena seharusnya fokus pada gambaran yang lebih besar.

Apapun yang diinginkan seseorang muncul di kolom horoskop, mereka mungkin akan menemukannya secara online. Internet sungguh membuat astrologi jauh lebih populer, karena orang selalu ingin tahu tentang masa depan mereka, dan hal itu sudah tertanam dalam DNA kita.

Internet telah dipenuhi dengan begitu banyak astrologi, karena itu membuatnya lebih mudah diakses. Dari tahun 2016 ke 2017 video astrologi di YouTube lebih banyak ditonton 62 persen. Di Facebook meningkat 116 persen, lalu di Twitter ada peningkatan hampir 300 persen.

Daya tarik astrologi bahkan ada dalam ilmu pengetahuan, diantara orang berpendidikan, dan itu semua datang dari fakta bahwa astrologi menawarkan sesuatu yang tidak bisa kita dapatkan dengan mudah di tempat lain. Karena astrologi menawarkan jenis spiritualitas yang berbeda bagi orang yang tidak beragama tradisional. Apapun yang membuat kita berpikir kita merupakan manusia yang rapuh.

Banyak orang bertanya tentang jodoh, kapan mereka menikah, perceraian, kanker, pekerjaan, kehilangan harapan dan kepercayaan dalam hidup, tentang bangkit melawan rasa sakit terbesar yang pernah mereka alami, dan tidak tahu cara memendamnya. Kita harus percaya bahwa segala hal buruk yang menimpa kita, bisa menghasilkan sesuatu hal yang baik.

Semakin kita mempelajari astrologi, kita akan semakin menyadari bahwa alam semesta ada di pihak kita, dan astrologi menarik hasrat untuk menemukan sebuah tempat kecil di alam semesta yang luas. Meskipun kita bukan pusat dari semesta.

Semoga bermanfaat.